Gunung Rinjani adalah
gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan
ketinggian 3.726 m dpl serta terletak pada lintang 8º25' LS dan
116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan
pemandangannya.
Pendakian Gunung Rinjani (puncak) merupakan salah satu objek wisata yang menjadi andalan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Gunung Rinjani sebagai gunung vulkanik yang masih aktif nomor 2 tertinggi di Indonesia. Puncak Gunung Rinjani merupakan tujuan sebagian besar para petualang dan pencinta alam yang mengunjungi kawasan ini karena apabila telah berhasil mencapai puncak itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Animo komunitas pencinta alam di seluruh nusantara bahkan dari mancanegara dalam kegiatan pendakian cukup besar, ini terbukti dengan jumlah pengunjung yang melakukan pendakian setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Kunjungan wisatawan baik dalam
maupun luar negeri ke Taman Nasional Gunung Rinjani terus meningkat
setiap tahun, di mana dalam 5 tahun terakhir jumlah wisatawan di
Taman Nasional Gunung Rinjani terus mengalami peningkatan yang signifikan,
dimana untuk tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak
15.030 orang (wisman 8.778 orang dan wisnu 6.252. Orang) atau meningkat
7,70% dibanding tahun 2010, untuk tahun 2012 jumlah pengunjung meningkat
lagi sebanyak 4.752 orang menjadi 19.782 orang (wisman10.956 orang dan
wisnu 8.826 orang) atau meningkat 31,62% dibanding tahun 2011.
(sumber data: tnrinjani.net)
Melihat peningkatan jumlah kunjungan yang setiap
tahun meningkat, perlu adanya pengelolaan dalam menanggulangi dampak negatif
yang timbul dari aktifitas pendakian di gunung Rinjani. Salah satu dampak
negatif yang mendasar dalam aktifitas pendakian adalah penumpukan sampah.
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, belum adanya tempat sampah tetap yang
dipasang di sepanjang jalur pendakian sembalun. Terdapat petugas kebersihan
yang diberi upah dalam mengontrol kebersihan gunung rinjani. Saya sempat
ditegur oleh mereka waktu mengumpulkan sampah sisa logistik yang saya masak di
Danau segara anak. Petugas ini saya nilai cukup efektif dalam mengontrol
aktifitas pendakian karena mereka juga menguasai bahasa Inggris sehingga tidak
hanya wisnus tetapi wisman juga mendapat perhatian. Namun yang disayangkan,
petugas-petugas tersebut masih relatif muda dan tidak menggunakan seragam
petugas yang resmi. Dikhawatirkan karena mayoritas pendaki adalah mahasiswa,
orang dewasa yang notabenenya lebih tua dari mereka akan acuh terhadap
peringatan yang petugas-petugas ini berikan.
Maka agar lebih baik jika petugas-petugas ini
diberikan seragam resmi dalam melakukan pekerjaan mereka sehingga pendaki akan
merasa lebih sadar bahwa terdapat petugas kebersihan yang beroperasi.